Foto Ilustrasi
EKSKLUSIF.CO - Sejumlah wartawan di Kabupaten Simalungun dan Batu Bara geram gara-gara ulah sejumlah komplotan atau yang kerap disebut gerombolan panglima talam alias calo atau makelar berita yang bebas berkeliaran di lingkungan Pemda maupun di lingkungan perusahaan PTPN IV dan swasta.
Istilah Panglima Talam ini kerap menjadi bahan gunjingan di kalangan jurnalis saat melakukan peliputan. Pasalnya, gerombolan Broker yang dicap sebagai Panglima Talam tersebut dalam menjalankan aksinya selalu mengaku sebagai wartawan untuk mencoba masuk ke lembaga pemerintah maupun swasta hingga BUMN yang tengah menghadapi sejumlah pemberitaan negatif.
Modusnya, komplotan panglima talam saat melancarkan aksinya berupaya melobi orang-orang yang merasa terganggu dengan sejumlah pemberitaan terkait kinerjanya. Hal tersebut tentu menjadi sasaran empuk bagi gerombolan panglima talam untuk meraup untung dengan menawarkan diri sebagai fasilitator guna menutup berita-berita yang menimpa narasumber yang merasa resah dengan pemberitaan negatif tentang kinerjanya. Alhasil, komplotan ini akan berpura-pura berupaya menawarkan diri untuk menghubungi wartawan yang menulis berita tersebut dengan cara meminta uang terlebih dahulu kepada narasumber yang merasa kesal.
Hal itu disampaikan seorang pengelola media online yang tak bersedia namanya dipublikasikan karena ia juga pernah hampir ditipu oleh grombolan panglima talam yang meresahkan itu.
"Jadi begini, bro, kalau ada berita negatif tentang pejabat pemerintah atau pejabat BUMN, maka gerombolan (panglima talam) ini akan mendatangi objek yang diberitakan. Kemudian mereka ini akan menawarkan diri untuk menjadi fasilitator bagi objek yang merasa terganggu dengan berita negatif. Nah, si komplotan panglima talam itu juga akan berusaha meminta sejumlah uang untuk menutup berita yang telah terbit, akhirnya ketika uangnya sudah dia dapatkan tetapi nyatanya beritanya tetap berlanjut. Setelah meraup uang pun, mereka (panglima talam) akan berpesta poya di tempat hiburan," kata pemimpin redaksi di Simalungun itu melalui WhatsApp, Senin (27/1/2025).
"Yang lebih lucu lagi, gerombolan ini sebenarnya bukan wartawan. Kami tahu setelah menelusuri identitas mereka yang tidak pernah ada beritanya. Dulu, istilah mereka ini adalah WTS (Wartawan Tanpa Surat Kabar) atau kalau di Jawa Barat mereka ini disebut wartawan Can Nulis Nulis alias Wartawan yang Tidak Pernah Menulis," pungkasnya.
Penulis: Dharma Samosir/tim redaksi
No comments:
Post a Comment